Friday, May 6, 2011

Siapa Berani Memulai Kebaikan?

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai." (QS. Al Israa: 7)


Teman, pasti pernah merasakan sesuatu hal yang tidak kita inginkan menimpa diri kita, dari yang ringan-ringan saja hingga ke hal yang dirasa berat. Misalnya saja, pernah dikhianati oleh orang yang dianggap sahabat dekat. Jangan buru-buru menyalahkan orang itu, tapi coba liat ke dalam diri kita pada masa-masa sebelumnya. Apa pernah kita juga melakukan hal yang sama di masa lalu.

Kata Ustdaz bilang, Tuhan itu akan memberikan balasan pada tiap-tiap perbuatan yang kita lakukan. Allah telah menciptakan bagi manusia, dua mata, kanan dan kiri, dua tangan, dua kaki, dua telinga, satu mulut dengan dua bibir, dan dua jalan, jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Manusia dipersilahkan memilih jalan manakah yang akan ditempuh. Setiap amal shalih sekecil apa pun akan diberi balasan oleh Allah SwT, demikian pula setiap perbuatan jahat sekecil apa pun akan diberi balasan

Sebetulnya cerita ini saya tulis terkait dengan kejadian hari ini, dimana saya mempunyai seorang tetangga yang kebetulan adalah mertua kakak saya. Si ibu ini hari ini masuk rumah sakit untuk dirawat inap. Meski mempunyai delapan orang anak, hanya ada satu anak yang sudah menengok. Tidak bisa langsung menyalahkan anak-anaknya sih, karena memang perlakuan si ibu terhadapa anak-anaknya sendiri tidak bisa dibilang bagus. Intinya si anak merasa tidak suka dengan sikap ibunya, sehingga menunjukkan perlawanannya
.
Kaitannya dengan perbuatan dan balasannya adalah si anak yang berani melawan orang tua ini, ternyata ditiru sama anaknya juga, alias cucu si ibu. Ya, Tuhan tidak perlu menunggu lama untuk memberi balasan dari apa yang telah kita perbuat. Memang balasan itu sendiri, Tuhan sudah mengaturnya sedemikian rupa dan tak ada dari kita yang tahu rahasianya, seperti apa bentuknya, kapan dilaksanakannya itu tetap menjadi kuasaNya.

Contoh lain yang pernah alami sendiri, suatu ketika saya pernah 'tidak diterima' dirumah orang yang sangat saya inginkan saya bisa tinggal bersamanya. Tapi keinginan itu cuma sebatas keinginan, saya pun diminta untuk meninggalkannya. Singkat cerita saya pun mengemasi barang-barang di tengah malam dan pergi meninggalkan rumah itu.

Beberapa bulan kemudian, sehabis pulang kerja kira-kira tengah malam, entah kenapa saya menghentikan motor dan berhenti dipinggir jalan. Tak lama kemudian dari kejauhan saya melihat sosok tubuh yang sepertinya saya kenal, berjalan gontai membawa tentengan yang lumayan berat. Ya ternyata dia adalah orang yang saya ceritakan diatas.

Inilah jawaban kenapa saya berada di tempat itu saat itu. Tuhan ingin menunjukkan kuasanya, dengan mengatur saya untuk melihat kejadian tersebut. Bencikah saya terhadapnya? Tidak. Karena saya harus menghentikan balas-membalas ketidakbaikan. Dan inilah titik balik dari kehidupan spiritual saya, dari yang amburadul insya allah menjadi lebih terarah.

Balik lagi ke cerita tentang keluarga diatas. Jika Tuhan telah meyakinkan kita, bahwa setiap perbuatan itu akan mendapat balasannya, lalu kenapa kita masih berkutat dalam lingkaran balas-membalas keburukan? Si Nenek berbuat kurang baik terhadap anaknya demikian juga sebaliknya. Semua keburuan ini ditiru oleh generasi kedua, demikian seterusnya.

Lalu siapa yang berani memulai keluar dari lingkaran setan ini, kalau bukan kita? Berbuat baik terhadap orang lain, apalagi orang lain yang telah berbuat dzalim terhadapa diri kita,  sama saja dengan berbuat baik terhadap diri sendiri.

No comments: