Monday, July 25, 2011

Sekarang Saya Mengerti Mengapa Rokok Itu Haram

Pro kontra terhadap fatwa tentang haramnya merokok yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah beberapa waktu yang lalu memang telah mereda. Saya ketika itu termasuk salah satu yang ikut menertawakan fatwa tersebut. Karena saat itu saya seorang perokok. Sekarang juga masih merokok, namun hanya kadang-kadang saja. Dalam enam bulan terakhir ini hanya sekitar 3-4 batang rokok yang saya hisap.


Dan sekarang saya mengerti mengapa Muhammadiyah yang notabene adalah sebuah organisasi keagamaan yang cukup moderat ikut-ikutan mengeluarkan fatwa haram seperti MUI yang terkadang hanya menjadi bahan tertawaan saja.Tentunya kondisi "kemengertian" ini bukan karena saya telah berhenti merokok, tetapi karena memang pengalaman yang mengajarkan bahwa ternyata kebiasaan merokok tak hanya merusak kesehatan, tetapi juga kondisi sosial masyarakat.


Beberapa waktu yang lalu, saya pergi ke warung untuk membeli sesuatu. Kebetulan ada seorang ibu yang terpaksa membelikan rokok untuk suami dengan cara berhutang. Saya perhatikan si ibu muda ini raut mukanya tak senang. Tapi demi bakti pada suami yang kebablasan, ia rela merendahkan diri untuk berhutang untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

Si empunya warung yang masih saudaraan  sebenarnya sudah cukup berbaik hati pada keluarga tersebut. Walau secara terus terang  mengatakan keberatan kalau rokoknya dihutangin, tapi si ibu tersebut boleh berhutang untuk kebutuhan pokok yang lain.

Cukup fair sebetulnya. Modal untuk berjualan rokok itu besar, tapi untungnya sedikit. Sebagai contoh, untuk beli satu slop rokok isi 10 bungkus dibutuhkan modal Rp100.000. Satu bungkus rokok dijual Rp11.000. Dari satu slop rokok tersebut hanya untung seharga satu bungkus saja, kalau yang stau bungkus dihutangin, habislah modal untuk berjualan. Jadi kalau beli rokok janganlah berhutang. Itu merugikan pedagang.

Akhirnya ketika si ibu terpaksa berhutang, si pemilik warung menjadi marah-marah. Lalu rusaklah hubungan pertetanggaan. Lebih-lebih hubungan persaudaraan. Ini kisah nyata, dan salah satu bukti bahwa merokok bisa menganggu hubungan sosial masyarakat. Bukan hanya kehidupan sosialnya saja yang terganggu tapi pastinya kondisi perekonomian keluargapun akan terganggu.

Kalau untuk merokok saja harus berhutang, bagaimana dengan kebutuhan pokok yang lainnya. Belum lagi anak-anak yang harus memasuki tahun ajaran baru, yang membutuhkan banyak uang. Ada seorang tetangga, dimana sang suaminya bisa menghabiskan 2 bungkus rokok, tapi biaya sekolah anaknya menunggak berbulan-bulan. Coba anda kalkulasikan sendiri, jika sehari sebungkus rokok saja berapa rupiah yang kita belanjakan sebulan, setahun, sepuluh tahun. Percaya atau tidak percaya, berhenti merokok bisa menguliahkan anak.


Saya sendiri sangat mengerti keadaan psikis seorang perokok yang berusaha untuk menyetop kebiasaan buruk ini. Been there, done that! Dengan kata lain berhenti merokok itu TIDAK GAMPANG, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan, yang penting niat. Banyak tip dari pakar yang bisa kita ambil untuk berhenti merokok. Jadi kalau anda peduli dengan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang, berhentilah merokok.

2 comments:

proffesional make up artist said...

saya mengatakan ini karena saya pernah mengalaminya: ternyata yang membuat Rokok/Merokok menjdi haram adalah karena efek KECANDUANNYA; bukan karena debatable kontroversial efek buruknya terhadap kesehatan. Kecanduan tersebut menyeret hal-hal lanjutan yang merugikan seperti ilustrasi di atas.

Unknown said...

Sebenarnya apa sih untungnya merokok? Dengan merokok apa yg kita dapat? Tolong sebutkan biar aku ada alasan buat ngrokok!